Minggu, 15 Mei 2011

Laporan Praktikum Fisiologi Biota Air mengenai Toleransi Terhadap Salinitas

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakan syarat mutlak yang diperlukan ikan untuk dapat hidup. Namun air yang digunakan ikan utnuk menjadi media hidupnya harus memiliki syarat mengenai kualitas air itu sendiri agar pertumbuhan ikan dapat berjalan dengan baik. Selain kualitas air hal yang perlu diperhatikan adalah kandungan kadar garam dalam air. Berdasarkan kadar garamnya, air dibedakan atas perairan tawar, perairan payau dan perairan laut. Perairan tawar memiliki konsentrasi garam yang lebih rendah dibandingkan air payau sedangkan air laut memiliki konsentrasi garam yang tinggi dibandingkan air payau. Berdasarkan pembagian perairan, ikan pun dapat digolongkan menjadi ikan air tawar, ikan air payau dan ikan air laut. Namun dari penggolongan ikan tersebut ada juga terdapat beberapa ikan yang dapat hidup pada air tawar dan pada air laut.
Ikan-ikan yang hidup pada air tawar dan ikan yang hidup pada air laut memiliki adaptasi terhadap lingkungannya dengan cara yang berbeda-beda terhadap kadar garam yang ada pada lingkungannya yang dinamakan osmoregulasi. Adaptasi ikan air tawar terhadap lingkungannya dengan cara mengeluarkan urine yang banyak karena kadar garam dalam tubuhnya lebih tinggi dibanding dengan kadar garam pada lingkungannya. Sebaliknya adaptasi ikan air laut terhadap lingkungannya ialah dengan cara banyak meminum air karena kadar garam dalam tubuhnya lebih rendah dibanding dengan kadar garam pada lingkungannya.
Walaupun memiliki lingkungan yang harus sesuai dengan kadar garamnya, namun ikan memiliki toleransi terhadap perubahan kadar garam. Artinya ikan yang berubah kadar garam lingkungannya, tidak langsung mati tapi masih dapat bertahan hingga toleransi yang bisa dicapai. Berdasarkan toleransi tersebut, maka ikan yang mempunyai toleransi cukup luas terhadap perubahan kadar garam disebut euryhaline sedangkan ikan yang memiliki toleransi yang sempit terhadap perubahan kadar garam disebut stenohaline.
Oleh karena itu untuk dapat mengetahui lebih jauh mengenai daya toleransi tubuh ikan terhadap kadar garam tersebut maka perlu diadakan praktikum Fisiologi Biota Air guna sebagai pemahaman dan bahan pelengkap bagi kita tentang materi yang didapatkan selama perkuliahan.

1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum Fisiologi Biota Air yaitu untuk mengetahui daya toleransi ikan terhadap kadar garam atau salinitas. Kegunaannya adalah sebagai bahan pembelajaran serta menambah wawasan secara langsung mengenai kemampuan ikan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan kadar garam atau salinitas yang terjadi di sekitarnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Osmoregulasi adalah upayah hewan air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara tubuh dan lingkungannya, atau suatu proses pengaturan tekanan osmose. Karena itu, tidak ada organisme yang hidup pada air tawar tidak melakukan osmoregulasi. Sedangkan pada ikan air laut, beberapa diantaranya hanya melakukan sedikit upayah untuk mengontrol tekanan osmose dalam tubuhnya (Fujaya, 2004).
Menurut Siregar (1993), pada lingkungan tawar, cairan dalam tubuh ikan mempunyai tekanan osmotik yang lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan osmotik air. Hal ini menyebabkan ikan akan kemasukan (memperoleh) air dengan cara osmosis, terutama melalui lamella-lamella insang. Tubuh ikan juga akan kehilangan ion-ion melalui difusi serta melalui urine dan fases.
Semakin jauh perbedaan tekanan osmose antara tubuh dengan lingkungannya, juga akan semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk memerlukan osmoregulasi sebagai metode adaptasi, namun tetap ada batas toleransi. Karena itu, pengetahuan ini sangat penting dalam menggelolah kualitas air media pemeliharaan, terutama salinitas (Soemarwoto, 1989).
Menurut Fujaya (2004), bahwa dalam osmoregulasi dikenal tiga pola regulasi yaitu :
1. Regulasi hipertonik atau hiperosmotik, yaitu pengaturan secara aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih tinggi dari konsentrasi media, misalnya pada ikan air tawar.
2. Regulasi Hipotonik atau hipoosmotik, yaitu pengaturan secara aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih rendah dari konsentrasi meia, misalnya pada ikan air laut.
3. Regulasi isotonik atau isoosmotik, yaitu bila konsentrasi cairan tubuh sama dengan konsentrasi media, misalnya pada ikan-ikan yang hidup pada daerah estuari.
Kebanyakan invetebrata yang berhabitat di laut tidak secara aktif mengatur sistem osmosis mereka dan dikenal sebagai osmoconformer. Osmoconformer memiliki osmolanitas yang sama dengan lingkungannya sehingga tidak ada toleransi untuk memperoleh atau kehilangan air sedangkan osmoregulator adalah organisme yang menjaga osmoralitasnya tanpa tergantung lingkungan sekitar. Oleh karena itu karena adanya kemampuan meregulasi ini maka osmoregulator dapat hidup di lingkungan air tawar, daratan serta lautan (Wikipedia, 2011).
Adapun organ-organ osmoregulasi antara lain yaitu insang, pada insang sel-sel berperan dalam proses osmoregulasi adalah sel-sel chloride yang terletak pada dasar membran insang. Ginjal, melakukan dua fungsi utama. Pertama mengeksresikan sebagian besar produk akhir metabolisme tubuh dan kedua, mengatur konsentrasi cairan tubuh dan yang terakhir ialah usus. Setelah air masuk ke dalam usus, dinding aktif mengambil ion-ion monovalen (Na+, K+, Cl-) dan air (Wikipeda, 2011).

III. METODE PRAKTEK
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Fisiologi Biota Air mengenai Toleransi terhadap Salinitas dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 25 April 2011, dimulai pada pukul 13.00 WITA sampai dengan selesai. Praktikum ini bertempat di Laboratorium Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu.

3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah akuarium, timbangan duduk, timbangan neraca, pan, gunting dan alat tulis menulis.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) dan garam dapur (NaCl).

3.3. Prosedur Kerja
Adapun langkah-langkah kerja yang dilakukan pada saat praktikum yaitu :
1. Menyediakan larutan garam (NaCl) sebanyak 1800 gram dan mengisi akuarium dengan air tawar sebanyak 10 liter.
2. Mengambil ikan Mujair dan menimbang berat ikan.
3. Menambahkan larutan garam dapur yang telah disediakan sebanyak 200 gram dan memasukan ikan Mujair ke dalam akuarium. Kemudian mengaduknya dan menghitung pernafasan atau bukaan mulut selama 3 menit.
4. Melakukan hal yang sama seperti di atas dan kadar garam mencapai 1800 gram (sampai ikan mati).
5. Menimbang kembali berat badan ikan.


BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil yang diperoleh dari hasil praktikum toleransi kadar garam yaitu :
Grafik 1. Jumlah Respirasi pada ikan Mujair
Garam (gram) Salinitas (‰) Jumlah respirasi ikan
0 0 480
400 10 440
600 15 420
800 20 350
1000 25 325
1200 30 195
1400 35 163
1600 40 35
1800 45 30

Tabel 1. Berat Ikan Mujair sebelum dan sesudah perlakuan
Berat Ikan (gram)
Sebelum 29, 8 gram
Sesudah 29,5 gram


4.2. Pembahasan
Pada praktikum osmoregulasi kali ini, terjadi perubahan jumlah respirasi ikan yang tidak menentu. Hal ini diakibatkan oleh jumlah kadar garam yang dimasukkan ke dalam akuarium juga berbeda-beda. Kegiatan merubah jumlah respirasi ini dilakukan oleh ikan untuk dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan kadar garam sekitarnya. Hal ini serupa dengan pernyataan Fujaya (2004), bahwa osmoregulasi adalah upayah hewan air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara tubuh dengan lingkungannya, atau suatu proses pengaturan tekanan osmose.
Siregar (1993) berpendapat bahwa semakin jauh perbedaan tekanan osmose antara tubuh dengan lingkungannya, juga akan semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk memerlukan osmoregulasi sebagai metode adaptasi. Hal ini serupa pada saat ikan dimasukkan ke dalam lingkungan di mana tingkat salinitas lingkungannya terus menerus diubah, terlihat bahwa jumlah respirasi ikan semakin bertambah seiring dengan penambahan tingkat salinitas lingkungannya. Hal ini terus terjadi sampai pada saat ikan sudah tidak dapat mentolerir perubahan salinitas lingkungannya, maka jumlah respirasi ikan akan berkurang dan ikan akan mati. Sebelum mencapai batas toleransi terhadap perubahan salinitas yang terjadi, saat itu ikan memerlukan banyak energi untuk beradaptasi.
Sebelum memulai perlakuan, ikan terlebih dahulu ditimbang dengan berat badannya yaitu 29,8 gram dan setelah perlakuan, berat ikan menurun. Ketika ditimbang kembali berat badannya menjadi 29,5 gram. Dengan adanya perubahan berat badan pada ikan, berarti ikan tersebut telah menggunakan energi yang ada dalam tubuhnya untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Soemarwoto (1989), bahwa semakin jauh perbedaan tekanan osmose antara tubuh dengan lingkungannya, juga akan semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk memerlukan osmoregulasi sebagai metode adaptasi..

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Daya toleransi ikan air tawar terhadap perubahan kadar garam bersifat hiperosmotik, karena kadar garam di dalam tubuh ikan lebih besar daripada kadar garam yang ada di sekitarnya sehingga untuk menyesuaikan diri ikan air tawar banyak mengeluarkan urine.
2. Kadar garam yang dimasukkan ke dalam akuarium dalam jumlah yang berbeda, menyebabkan pula perbedaan pada perhitungan pernafasan atau bukaan mulut ikan.
3. Jumlah Resprasi ikan akan berkurang saat ikan hampir tidak dapat mentolerir perubahan kadar garam pada lingkungannya.
4. Masa ikan mengalami perubahan atau penurunan pada saat sebelum dan sesudah perlakuan. Hal ini dikarenakan banyak energi yang tergunakan dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan kadar garam terhadap lingkungan.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan adalah pada saat praktikum, praktikan harus lebih teliti lagi dalam melihat pernafasan atau bukaan mulut ikan agar hasil yang didapatkan sesuai dengan kebenaran yang sesungguhnya.

DAFTAR PUSTAKA
Fujaya, 2004. Fisiologi Ikan : Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka Cipta, Jakarta.

Siregar dkk, 1993. Pengantar Fisiologi Ikan. Fakultas Perikanan Universitas Riau, Pekanbaru.

Soemarwoto, 1989. Biologi Umum I . Gramedia, Jakarta.

Wikipedia, 2011. Http://id.wikipedia.org/wiki/osmoregulasi. Osmoregulasi. di akses pada tanggal 26 April 2011

Wikipedia, 2011. Http://id.wikipedia.org/wiki/organosmoregulasi. Osmoregulasi.
di akses pada tanggal 26 April 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar